Kamis, 24 Maret 2016

SEORANG ISTRI





Tanggal rilis : 24 Feb 2016
Jumlah chapter : 1
Genre : Drama, Religi, Romance
Karya/Credit : Kahfi
Dikutip dari : Bpk. Ahmad Dimyati Al - Habsy




     Pada suatu ketika di negri yang damai terdapat keluarga bahagia yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua orang anak. Sang Ayah berkerja sebagai karyawan swasta yang gajinya lumayan besar sehingga keluarga tersebut bisa di bilang keluarga yang berkecukupan. Kemudian di suatu hari sang Ayah merasa jenuh dengan kehidupan sehari – hari nya. Sepulang bekerja  dia pun di ajak oleh teman2 sekantornya untuk bersenang – senang di tempat hiburan malam. Hari berganti hari tanpa ada masalah apapun dalam keluarga tersebut. Sampai suatu ketika sang Ibu/Istri merasa curiga dan bertanya kepada sang Ayah. “Yah belakangan ini Ayah selalu pulang lebih larut dari biasanya, apakah ada masalah di kantor?” tanya sang Istri. Sang Ayah menjawab “Tidak ada masalah apapun Bu, semuanya baik2 saja”. Sang Istri pun tenang.

     Bebrapa waktu kemudian saat sang Ayah bersenang – senang di tempat hiburan malam sang Istri memergokinya, dan terjadilah pertengkaran antara kedua suami – istri tersebut. Seiring berjalan waktu konflik tersebut mulai memadam dan mereka saling memaafkan. Lalu di suatu hari sang Ayah melakukan kesalahan fatal dalam pekerjaannya, sehingga ia di pecat dari perusahaan tempat dia bekerja tersebut. Dia memberitahu kan kepada istri dan anak – anaknya bahwa dia kehilangan pekerjaannya, tetapi dengan lapang dada mereka bertiga menerima berita tersebut seraya member semangat kepada sang ayah yang sedang terpuruk. Kehidupan mereka setelah sang ayah menganggur pun semakin sulit hingga sang ibu rela berjualan gorengan untuk menutupi kebutuhan hidup sehari – hari mereka. Susah senang sang istri terus mendampingi sang suami tanpa rasa lelah. Tak lama kemudian sang ayah mendapat pekerjaan yang layak sehingga financial keluarganya membaik seperti sebelumnya.

     Selang beberapa tahun, rasa jenuh yang dulu dirasakan sang ayah hadir kembali di kehidupannya, kembalilah dia ke dunia hiburan malam. Sang istri kembali curiga dengan kepulangan suaminya seusai kerja lebih larut dari biasanya. Kejadian yang sama pun kembali  terulang, sang istri mendapati suaminya yg sedang in the hoy di warung remang – remang. Kali ini sang istri tidak bisa memaafkan kesalahan suaminya untuk kedua kalinya dan dia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah sang suami bersama kedua anaknya. dengan kondisi lelah usai bekerja, emosi  sang suami tak terbendung dan berkata “ Pergi saja sana, aku bisa hidup bahagia tanpa kalian”. Tak lama dari kejadian tersebut sang Ayah/suami kembali melakukan kesalahan dalam bekerja dan kehilangan perkerjaan. Kesana – kemari dia mencari pekerjaan tapi tak kunjung menemukan perusahaan yang mau menerimanya bekerja.

     Sore hari dengan pakaian yang lusuh dan basah dengan keringat setelah pontang - pantong mencari pekerjaan, dia bertemu dengan teman semasa sekolah, dia pun “curhat” kepada temannya tersebut tentang masalah yg dialaminya. Di sela – sela curhatnya dia mengatakan “semua ini terjadi karena istriku pembawa sial, andai aku tidak menikah mungkin hidupku tak akan sesengsara ini” ungkapnya, karena sebelum menikah kehidupannya tidak pernah merasakn musibah. Setelah dia selesai mencurahkan isi hatinya. Sang teman terdiam sejenak lalu bertanya kepadanya. “wahai teman ku, andaikan kau diberi pilihan dengan siapa kau ingin menghabiskan sisa hidupmu maka kau memilih siapa diantara orang2 terdekatmu?”. Dia pun berfikir sambil berbicara di dalam hati “jika aku memilih kedua orang tuaku mungkin mereka akan meninggal terlebih dahulu sebelum aku dan aku akan sendirian, jika aku meilih saudara kandung (adik/kakak) ku mereka akan memilih hidup bersama keluargnya sendiri akupun akan sendirian, jika aku memilih anak – anak ku mereka juga akan membangun keluarga sendiri dan meninggalkan ku sendiri, lalu jika aku memilih hidup bersama istriku ......” Dia behenti berfikir dan mulai menestakan air mata. Sampai akhirnya dia sadar bahwa yang bisa menemani  sampai akhir hidupnya hanyalah seorang istri. Dia juga teringat dulu saat sulit istrinya selalu mendampingi, memberi semangat bahkan mambantu mencari nafkah. Air mata yg ia teteskan mulai mengering dan dia berterima kasih kepada sang teman yang telah menyadarkannya.

     Berbagai cara dan usaha dia lakukan untuk meyakinkan istrinya untuk memaafkan dan kembali hidup bersama nya sembari berjanji bahwa dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Sampai akhirnya sang istri yang memang tidak pernah berhenti mencintai dan selalu mendoakan suaminya tersebut kembali tinggal bersama sang suami. Hingga kedua anaknya yang tumbuh dewasa membangun keluarganya pergi dan tinggal dirumahnya sendiri, sang istrilah yang masih tetap setia menemani sampai akhir hayatnya.



Note : Walaupun saya belum menikah (saat cerpen ini dibuat) tapi saya sempat memikirkan bahwa istri adalah pelengkap hidup seorang lelaki dan hanya sang istri yang akan menemani hidup sampai ajal menjemput. Jadi untuk para suami jangan sakiti atau sia - siakan istrimu.

Sekian, terima kasih telah mampir.

2 komentar:

  1. writernya kebelat kawin kali yaak hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa aja lu, gw blm siap semuanya, lu x yg tinggal dijorogin doank

      Hapus